SUMBER-SUMBER KECELAKAAN KERJA
Faktor-faktor yang besar pengaruhnya
terhadap timbulnya bahaya dalam proses industri maupun laboratorium meliputi
suhu, tekanan, dan konsentrasi zat-zat pereaksi. Suhu yang tinggi diperlukan
dalam rangka menaikkan kecepatan reaksi kimia dalam industri, hanya saja ketahanan
alat terhadap suhu harus dipertimbangkan. Tekanan yang tinggi diperlukan untuk
mempercepat reaksi, akan tetapi kalau tekanan sistem melampaui batas yang
diperkenankan dapat terjadi peledakan. Apalagi jika proses dilakukan pada suhu
tinggi dan reaktor tidak kuat lagi menahan beban. Konsentrasi zat pereaksi yang
tinggi dapat menyebabkan korosif terhadap reaktor dan dapat mengurangi umur
peralataan. Selain itu sifat bahan seperti bahan yang mudah terbakar, mudah
meledak, bahan beracun, atau dapat merusak bagian tubuh manusia.
Beberapa sumber bahaya yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja dapat dikategorikan sebagai berikut:
1.
Bahan Kimia.
Meliputi bahan
mudah terbakar, bersifat racun, korosif, tidak stabil, sangat reaktif, dan gas
yang berbahaya. Penggunaan senyawa yang bersifat karsinogenik dalam industri
maupun laboratorium merupakan problem yang signifikan, baik karena sifatnya
yang berbahaya maupun cara yang ditempuh dalam penanganannya. Beberapa langkah
yang harus ditempuh dalam penanganan bahan kimia berbahaya meliputi manajemen,
cara pengatasan, penyimpanan dan pelabelan, keselamatan di laboratorium,
pengendalian dan pengontrolan tempat kerja, dekontaminasi, disposal, prosedur
keadaan darurat, kesehatan pribadi para pekerja, dan pelatihan. Bahan kimia
dapat menyebabkan kecelakaan melalui pernafasan (seperti gas beracun), serapan
pada kulit (cairan), atau bahkan tertelan melalui mulut untuk padatan dan
cairan.
Bahan kimia berbahaya dapat digolongkan ke
dalam beberapa kategori yaitu, bahan kimia yang eksplosif (oksidator, logam
aktif, hidrida, alkil logam, senyawa tidak stabil secara termodinamika, gas
yang mudah terbakar, dan uap yang mudah terbakar). Bahan kimia yang korosif
(asam anorganik kuat, asam anorganik lemah, asam organik kuat, asam organik lemah,
alkil kuat, pengoksidasi, pelarut organik). Bahan kimia yang merusak paru-paru
(asbes), bahan kimia beracun, dan bahan kimia karsinogenik (memicu pertumbuhan
sel kanker), dan teratogenik.
2.
Bahan-bahan Biologis.
Bakteri, jamur,
virus, dan parasit merupakan bahan-bahan biologis yang sering digunakan dalam
industri maupun dalam skala laboratorium. Pada golongan ini bukan hanya
organisme saja, tetapi juga semua bahan biokimia, termasuk di dalamnya gula
sederhana, asam amino, dan substrat yang digunakan dalam proses industri.
Penanganan dalam penyimpanan proses maupun pembuangan bahan biologis ini perlu
mendapatkan ketelitian dan kehati-hatian, mengingat gangguan kontaminasi akibat
organisme dapat menyebabkan kerusakan sel-sel tubuh yang serius pada karyawan
atau tenaga kerja.
3.
Aliran Listrik
Penggunaan
peralatan dengan daya yang besar akan memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk
terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor yang harus diperhatikan antara
lain:
a.
Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik
jika penggunaan melebihi limit/batas yang ditetapkan oleh alat.
b.
Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan
standar keamanan dari peralatan.
c.
Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat
diperlukan untuk menghindari kecelakaan kerja.
d.
Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan
perkerjaan yang memungkinkan peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan
air. Begitu juga dengan semburan air yang langsung berinteraksi dengan
peralatan listrik.
e.
Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan
listrik agar tidak membahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan
keterangan tentang spesifikasi peralatan yang telah direparasi.
f.
Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan
listrik maupun isolator sebagai pengaman arus listrik. Sifat
korosif dari bahan kimia dapat menyebabkan kerusakan pada komponen listrik.
g.
Perhatikan instalasi listrik jika
bekerja pada atmosfer yang mudah meledak. Misalnya pada lemari asam yang
digunakan untuk pengendalian gas yang mudah terbakar.
h.
Pengoperasian suhu dari peralatan
listrik akan memberikan pengaruh pada bahan isolator listrik. Temperatur sangat
rendah menyebabkan isolator akan mudah patah dan rusak. Isolator yang terbuat
dari bahan polivinil clorida (PVC)
tidak baik digunakan pada suhu di bawah 0 oC. Karet silikon dapat
digunakan pada suhu –50 oC. Batas maksimum pengoperasian alat juga
penting untuk diperhatikan. Bahan isolator dari polivinil clorida dapat digunakan sampai pada suhu 75 oC,
sedangkan karet silikon dapat digunakan sampai pada suhu 150 oC.
4.
Ionisasi Radiasi
Ionisasi radiasi
dapat dikeluarkan dari peralatan semacam X-ray difraksi atau radiasi internal
yang digunakan oleh material radioaktif yang dapat masuk ke dalam badan manusia
melalui pernafasan, atau serapan melalui kulit. Non-ionisasi radiasi seperti
ultraviolet, infra merah, frekuensi radio, laser, dan radiasi elektromagnetik
dan medan
magnet juga harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai sumber kecelakaan
kerja.
5.
Mekanik.
Walaupun industri
dan laboratorium modern lebih didominasi oleh peralatan yang terkontrol oleh
komputer, termasuk didalamnya robot pengangkat benda berat, namun demikian
kerja mekanik masih harus dilakukan. Pekerjaan mekanik seperti transportasi
bahan baku ,
penggantian peralatan habis pakai, masih harus dilakukan secara manual,
sehingga kesalahan prosedur kerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Peralatan
keselamatan kerja seperti helmet, sarung tangan, sepatu, dan lain-lain perlu
mendapatkan perhatian khusus dalam lingkup pekerjaan ini.
6.
Api.
Hampir semua
laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam berbagai variasi
penggunaan termasuk proses pembuatan, pemformulaan atau analisis. Cairan mudah
terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau industri adalah hidrokarbon. Bahan mudah terbakar yang
lain misalnya pelarut organik seperti aseton, benzen, butanol, etanol, dietil
eter, karbon disulfida, toluena, heksana, dan lain-lain. Para
pekerja harus berusaha untuk akrab dan mengerti dengan informasi yang terdapat
dalam Material Safety Data Sheets (MSDS).
Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat bahaya dari setiap bahan
kimia, termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan yang diperkenankan untuk
disimpan secara aman.
Sumber api yang
lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau tidak stabil. Banyak
senyawa kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah meledak jika bereaksi
dengan senyawa lain. Senyawa yang tidak stabil harus diberi label pada
penyimpanannya. Gas bertekanan juga merupakan sumber kecelakaan kerja akibat
terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar.
7.
Suara (kebisingan).
Sumber kecelakaan
kerja yang satu ini pada umumnya terjadi pada hampir semua industri, baik
industri kecil, menengah, maupun industri besar. Generator pembangkit listrik,
instalasi pendingin, atau mesin pembuat vakum, merupakan sekian contoh dari
peralatan yang diperlukan dalam industri. Peralatan-peralatan tersebut
berpotensi mengeluarkan suara yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja. Selain angka
kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin, para pekerja harus memperhatikan berapa
lama mereka bekerja dalam lingkungan tersebut. Pelindung telinga dari
kebisingan juga harus diperhatikan untuk menjamin keselamatan kerja.
PENGENALAN
BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA
1. Petunjuk umum untuk
menangani buangan sampah.
Semua bahan
buangan atau sampah seharusnya dikumpulkan menurut jenis bahan tersebut.
Bahan-bahan tersebut ada yang dapat didaur ulang dan ada pula yang tidak dapat
didaur ulang. Bahan yang termasuk kelompok bahan buangan/sampah yang dapat di
daur ulang antara lain gelas, kaleng, botol baterai, sisa-sisa konstruksi
bangunan, sampah biologi seperti tanaman, buah-buahan, kantong dan beberapa
jenis bahan-bahan kimia. Sedangkan bahan-bahan buangan yang tidak dapat didaur
ulang atau yang sukar didaur ulang seperti plastik hendaknya dihancurkan.
Karena belum ada aturan yang jelas dalam cara pembuangan jenis sampah di Indonesia , maka
sebelum sampah dibuang harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan pengurus atau
pengelola laboratorium yang bersangkutan.
2. Bahan-bahan buangan yang
umum terdapat di laboratorium.
a. Fine chemicals.
Fine chemicals hanya dapat dibuang ke saluran pembuangan atau tempat
sampah jika:
1.
Tidak bereaksi dengan air.
2.
Tidak eksplosif (mudah meledak).
3.
Tidak bersifat radioaktif.
4.
Tidak beracun.
5.
Komposisinya diketahui jelas.
b Larutan basa.
Hanya larutan basa dari alkali hidroksida yang bebas sianida, ammoniak,
senyawa organik, minyak dan lemak dapat dibuang kesaluran pembuangan. Sebelum
dibuang larutan basa itu harus dinetralkan terlebih dahulu. Proses penetralan
dilakukan pada tempat yang disediakan dan dilakukan menurut prosedur mutu
laboratorium.
c. Larutan asam.
Seperti juga larutan basa, larutan asam tidak boleh mengandung
senyawa-senyawa beracun dan berbahaya dan selain itu sebelum dibuang juga harus
dinetralkan pada tempat dan prosedur sesuai ketentuan laboratorium.
d. Pelarut.
Pelarut yang tidak dapat digunakan lagi dapat dibuang ke saluran
pembuangan jika tidak mengandung halogen (bebas Fluor, Clorida, Bromida, dan
Iodida). Jika diperlukan dapat dinetralkan terlebih dahulu sebelum dibuang ke
saluran air keluar. Untuk pelarut yang mengandung halogen seperti kloroform
(CHCl3) sebelum dibuang harus dilakukan konsultasi terlebih dahulu
dengan pengurus atau pengelola laboratorium tempat dimana bahan tersebut akan
dibuang.
e. Bahan mengandung merkuri.
Untuk bahan yang mengandung merkuri (seperti pecahan
termometer merkuri, manometer, pompa merkuri, dan sebagainya) pembuangan harus
ekstra hati-hati. Perlu dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan pengurus
atau pengelola laboratorium sebelum bahan tersebut dibuang.
f. Bahan radiokatif.
Sampah radioaktif memerlukan penanganan
yang khusus. Otoritas yang berwenang dalam pengelolaan sampah radioaktif di
Indonesia adalah Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).
g. Air pembilas.
Air pembilas harus bebas merkuri, sianida, ammoniak,
minyak, lemak, dan bahan beracun serta bahan berbahaya lainnya sebelum dibuang
ke saluran pembuangan keluar.
3.
Penanganan Kebakaran
Beberapa bahan kimia seperti eter, metanol, kloroform, dan lain-lain
bersifat mudah terbakar dan mudah meledak. Apabila karena sesuatu kelalaian
terjadi kecelakaan sehingga mengakibatkan kebakaran laboratorium atau
bahan-bahan kimia, maka kita harus melakukan usaha-usaha sebagai berikut:
a.
Jika apinya kecil, maka lakukan
pemadaman dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
b.
Matikan sumber linstrik/ gardu utama
agar listrik tidak mengganggu upaya pemadaman kebakaran.
c.
Lokalisasi api supaya tidak merember ke arah
bahaan mudah terbakar lainnya.
d.
Jika api mulai membesar, jangan
mencoba-coba untuk memadamkan api dengan APAR. Segera panggil mobil unit
Pertolongan Bahaya Kebakaran (PBK) yang terdekat.
e.
Bersikaplah tenang dalam menangani kebakaran, dan jangan
mengambil tidakan yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain.