Merendahnya minat menulis mahasiswa


            Menulis merupakan kegiatan berkomunikasi antarsesama manusia dengan media berupa bahasa tulis. Berkomunikasi antar dua orang dengan bahasa tulis dapat dilakukan melalui surat menyurat. Berkomunikasi dengan tujuan menyampaikan ide atau gagasan kepada banyak orang dengan bahasa tulis dilakukan melalui penulisan artikel atau buku.Ahmadi (1990) mendefinisikan ”Menulis merupakan suatu perbuatan atau kegiatankomunikatif antara penulis dan pembaca.” (Lis, 2007)


Menulis sangat penting untuk dilakukan oleh setiap orang. Setiap orang perlu melakukan komunikasi dengan menulis. Menulis dapat dibagi menjadi beberapa jenis, seperti menulis surat, menulis karangan atau menulis karya tulis ilmiah. Menulis karya ilmiah diperlukan untuk menyampaikan suatu hasil kajian atau penelitian. Oleh karena itu, mahasiswa Indonesia kini disibukkan menulis laporan praktikum, jurnal, makalah, hingga skripsi sebagai bentuk penyampaian informasi tentang adanya penelitian atau hasil kajian yang telah mereka buat. Ide atau gagasan tentang sebuah topik harus tersusun dalam bentuk karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah haruslah memuat data dan fakta yang diungkap dari hasil penelitian, pengamatan dan peninjauan. 
 Ada beberapa aspek yang membuat para mahasiswa tidak begitu memahami bagaimana susunan penulisan karya ilmiah yang benar dan sistematis. Aspek tersebut diantaranya adalah rendahnya kelompok diskusi, rendahnya karya tulis yang terekspose, rendahnya motivasi dari dalam diri, dan rendahnya jumlah kunjungan mahasiswa ke perpustakaan, padahal faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap kemampuan mahasiswa dalam menyusun karya ilmiah.
              Di dalam kampus sendiri memang terdapat beberapa forum diskusi, namun jumlah anggota mereka tidak begitu banyak sehingga hal tersebut dapat membuktikan minat mahasiswa dalam melakukan upaya pengembangan diri masih tergolong meresahkan. Padahal dengan mengikuti forum diskusi mahasiswa dapat memperoleh berbagai pengetahuan sehingga dapat saling bertukar pikiran dan memunculkan ide – ide segar dalam pikiran mereka
Kurangnya karya – karya ilmiah para mahasiswa yang terekspose mengakibatkan para mahasiswa seakan merasa bahwa kalaupun mereka mendalami bagaimana cara membuat karya ilmiah yang baik, sistematis, dan mudah dimengerti terasa sia – sia.  Sehingga mereka berfikir hal – hal tersebut tidaklah terlalu penting untuk dipelajari, namun dalam kenyataanya tugas yang diberikan dosen pengajar pada umumnya membuat mereka harus benar – benar memahami cara menulis yang baik dan benar.
             Tidaklah sedikit mahasiswa yang merasa enggan untuk menulis. Hal ini yang sebenarnya menjadi masalah utama, sebab mereka telah mensugesti diri sendiri bahwa mereka tidak dapat menulis dan tidak akan bisa menulis. Perasaan seperti inilah yang seharusnya disingkirkan dari pikiran seorang Mahasiswa Indonesia sejati. Pada dasarnya memang tidaklah ada sesuatu yang tidak bisa dilakukan dan dipelajari kalau memang ada niatan dari dalam hati untuk bergerak lebih maju dan mulai membuat perubahan – perubahan yang dimulai dari dalam diri sendiri terlebih dahulu, sebelum melakukan hal yang benar – benar nyata. Selain itu apabila mereka telah menanamkan rasa enggan tersebut maka sampai kapanpun juga ia tidak akan bisa menulis. Jika dilihat dari sisi psikologis manusia, jika hati dan pikiran mulai berkata ‘tidak’ maka apapun yang terjadi jawabanya tetaplah ‘tidak’.
             Sebagian besar orang menganggap bahwa kemampuan menulis ilmiah oleh mahasiswa masih rendah. Hal itu dibuktikan oleh sedikitnya karya ilmiah mahasiswa Indonesia yang diterima di ranah Internasional bila dibandingkan dengan negara maju lain di dunia atau bahkan di Asia tenggara. Berdasarkan data Indonesian Scientific Journal Database terdata sekitar 13.047 buah jurnal di Indonesia yang berkategori ilmiah yang masih aktif, sangat tertinggal jauh dari  Malaysia yang sudah 55.211 dan Thailand 58.931.
Rendahnya kemampuan mahasiswa dalam menulis ilmiah disebabkan karena kurangnya minat membaca mahasiswa dan sebagian besar penduduk Indonesia. Kedua kegiatan ini saling mempengaruhi. Membaca itu referensi untuk menulis. Bagaimana bisa seseorang menulis jika tidak suka membaca. Mustahil seseorang bisa menulis kalau yang bersangkutan tidak suka membaca karena kedua kegiatan saling beriringan (Abdul, 2011). Perbandingan dapat dilakukan dengan pengamatan di tempat-tempat umum seperti stasiun, terminal dan di dalam kendaraan umum. Masyarakat di negara-negara maju seperti Jepang dan Inggris menggunakan waktu senggang yang mereka miliki untuk membaca. Mereka selalu membawa buku saku hingga buku besar untuk dibaca di tempat umum. Di Indonesia pada tempat tersebut terjadi sesuatu yang sangat berbeda. Masyarakat Indonesia jarang yang menghabiskan waktu luang dengan membaca buku seperti di negara maju lainnya. Mereka lebih suka mengobrol, bermain alat elektronik, bahkan tidur. Namun, ada juga beberapa orang yang masih membaca koran.
              Adapun faktor lain penyebab rendahnya kemampuan menulis karya ilmiah juga dipengaruhi oleh kurangnya pengakuan dari pemerintah terhadap karya tulis mahasiswa Indonesia yang berkualitas. Hal itu membuat mahasiswa berpikir, “Untuk apa susah-susah membuat karya tulis yang baik, toh dari pemerintah tidak ada penghargaan, hanya buang-buang waktu saja.” Sedangkan di luar negeri, mahasiswanya benar-benar mendapat respon positif dan perhatian dari pemerintah. Oleh karena itu, banyak mahasiswa Indonesia yang akhirnya memutuskan bekerja di luar negeri karena lebih mendapat pengakuan dan penghargaan atas karyanya. Padahal jika diterapkan di Indonesia, karya tulis para mahasiswa itu dapat memajukan negara ini. Hasil kerja dari para peneliti kurang disupport Pemerintah, setidaknya ada upaya Pemerintah memberikan ruang gerak bagi peneliti untuk lebih mempromosikan hasil penelitian.